Mengenang Mamisa

Blog ini sebenarnya dibuat oleh Almarhumah istri saya  utk. Mengenang kehidupan nya selama 6 Tahun di Indonesia, setelah kami terpaksa meninggalkan Bali dan semua yang telah kami berdua bangun dengan Berhasil, di sebabkan Bom Bali.

Tetapi karena kesibukannya setelah kami kembali ke München sekitar 14 Tahun yg. Lalu, akhirnya tidak di teruskan lagi.
Karena itu akan saya teruskan mengisinya sebagai Buku harian dan mengingat kenangan saya, sekembalinya kita berdua (Saya dan Anak) saya ke Indonesia.

Sebagai kesan, pendapat ataupun Kritik membangun yang sedikit pedas dari seorang anak bangsa yang sudah hidup sekitar 40 tahun di Luar Indonesia,,,dan hidup di beberapa negara dalam pekerjaan saya dibidang IT.


Terima-Kasih sudah meluangkan Waktu untuk membaca Blog ini, dan saya sangat senang atas tanggapan ataupun pertanyaan dalam bertukar pendapat dan pengalaman kita bersama.

Tepatnya tanggal 8 Agustus 2014 Mamisa, istriku mendadak meninggalkan kita semua, tanpa peringatan sama sekali!...Tanpa sakit apapun dan dalam keadaan segar bugar.
Istri Saya ternyata menderita Aurism dari garis keturunan ibunya, yang tak seorangpun dari kami mengetahui Penyakit itu.

Sore itu tgl. 6 Agustus 2014, seusai pulang kantor ...istriku ingin berolah raga bersama Anak Kami, Berlari memutari Taman Air dan perbukitan didaerah Allach,Munich

Menurut Anak Kami, Almarhumah sempat berbicara dengannya dan ingin mengganti Pakaian...untuk bersiap-siap lari bersama...tetapi 3 Menit kemudian terdengar suara keras dari Kamar tidur!

Anak Kami langsung lari kekamar Tidur kami dan menemukan ibunya sudah mengeletak Tidak sadarkan diri, dengan Cepat Anak saya memanggil Ambulance 112 dan seperti biasa Ambulance pun datang dibawah sepuluh menit ….merekapun dapat kembali menghidupkan istri saya yang sudah dalam keadaan koma dan langsung membawa kerumah sakit.

Setelah Dua Hari dalam keadaan yang mengenaskan, karena hidup istri saya hanya bergantung pada semua peralatan di Ruang ICCU tersebut.

Dari Kelima Parameter di Bedside Monitor terlihat Vital Sign dari istri saya selama 24 jam tidak membaik bahkan melemah, Parameter ECG harus dibantu Pompa Picu agar Detakan jantung stabil; begitu juga dengan Parameter Respirasi yg. Sedikit terganggu, menyebabkan Parameter SpO2 dan NIBP juga memburuk.

Setelah berunding dengan Para Dokter Ahli dan Anak saya yang saat itu berusia 13 Tahun, maka di ambil keputusan untuk menghentikan semua mesin Pembantu dan merelakan kepergiannya.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un


(Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (Al-Baqarah 2:156)

0 komentar :