HOW WE MEET AND ALL THOSE BEGIN

It was Summer 1994 as my Professor at University of Cologne send me to The Research Institute for Operations Management (FIR) in Aachen to learn the basic of communication between two Computers, because at that time was not so easy like now a days.I should learn all about it as a part of my preparation for the journey in indien, to send all report from the place where new culture wave will born to my professor.I should meet a really good friends from my Professor there, DR. Labello ! a really friendly, respected an Scientific man, who already pointed one of his technical assistant to teach me about all that stuff.It was a sunny shine Morning, the weather was wonderful so the people too, every one and every faces shining too!I just tried to push the unwieldy big glass Door at main entrance of FIR, as one Asian Guy give me a hand to push it together.So then I ask him directly where I can meet this friends of my professor, but instead to answer me, he ask me with his giggle "so You are the smart and beauty Miriam from Cologne?" than I kick him bag and giggle " I'm not smart but greatly pretty!, and you said it first Smart and then beauty ?" my question make him laughter as a small Boy..and I like that...Our Son laughing like that too now.So I haven't give him a time to answer my first question and start my second comment "don't you know the woman like that man told them they are Beautiful?"Suddenly he stop to laughing and answer me "me Lady, may I answering your questions in short sentence ? "beauty is easy, but smart is not breeze ! it is a hart works"I know the real Answer why for him more important Smart then The beauty really late, on the ceremony in Our Traditional Javanese Weeding ceremony in Solo, it is the influence of his Javanese education from his Mom and I'll tell you later about this.Any way he show and introduce me with his Master DR. Labello, who said directly "oh you know already each other, you both will be a good team"and he look to Mastriand spree with him "and You just show her the computer communication, that's all ..so have a nice Days you Both".I savour every minute with him, he is real good teacher and really patient, this short 3 days with him change many My point of view and of course we become a real good friends.Before we said good Bye, I’ll promised him, to lean about The Javanese Culture and Kejawen ..of course to pleased him :-)), and I'll send him an E-mail from time to time.. I'll write you the next view days....
Di samping Alat-alat pembantu kehidupan Tubuh istriku, yg. tidak sempat melakukan perpisahan secara Normal karena terus dalam keadaan koma.

Aku berbisik agar dia bisa dengan tenang dan tak perlu kuatir utk. Meninggalkan Anak satu2nya yang sangat di sayanginya, karena aku berjanji akan membesarkannya menjadi orang yang 3B(Berhasil,Berguna dan Berbahagia)

Setiap pasangan memiliki Definisi sendiri mengenai kebahagiaan, dan karena itulah mungkin banyak orang menjadi pasangan.

Definisi kami waktu kami mulai in-team ialah bisa tetap memiliki ruang bebas masing2, sehingga kami dapat berhasil mencapai cita-cita masing2 dan dapat berguna untuk manusia lainnya disekitar kami, setelah itu semua terwujud maka akan tercapailah kebahagiaan kami.

Mulut istriku yang di penuhi dengan Selang Respirasi...tampak berusaha bergerak untuk tersenyum, senyum terakhir kalinya sebelum dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya.

Mulailah aku hidup sebagai Single Parent, tanpa persiapan sama sekali, sebenarnya akulah yg,seharusnya pergi terlebih dahulu,karena Almarhumah lebih muda 15 tahun daripadaku.

Susahnya adalah bahwa sampai saat itu anakku 95% di urus oleh Mamushka, disamping itu DEA belum bisa menerima kenyataan yg. pahit itu, kematian Ibunya yang merupakan Klimaks dari kesedihannya.

Dua Tahun sebelumnya Nenek (Ibu dari Almarhumah) yang mengasuh dan menjaganya dari Bayi kalau Mamushka dan Aku pergi Kekantor, Meninggal Dunia.

Seminggu sebelum Mamushka wafat Kucing kesayangannya „Herr Müller“ meninggal, dan akhirnya Ibunya...meninggalkan dia juga.

Bisa kurasakan bagaimana hancurnya hati si Manusia kecil ini, karena aku juga seusia dia waktu Ayahku wafat setelah dirawat 4 Bulan di ICCU RSUPN. Cipto Mangunkusumo.

Tetapi aku beruntung masih memiliki Lingkungan yang berazaskan kekeluargaan, dimana keperduliaan dan kehangatan lingkungan masih terasa,Tidak seperti struktur sosial di München yg. Lebih mengutamakan Individualisme!, sangatlah mempersulit keadaan Kami berdua.


Apalagi semasa Mamushka hidupnya lebih senang menyendiri, jadi Anakku walaupun belum Mandiri tetapi lebih senang menyendiri.

Sedangkan aku yg. Semasa kecilku selalu mendengar Semboyan dari Bung Karno; seperti Berdikari dan Vivere pericoloso ini memang menjadikan aku seorang yg. Mampu hidup sendiri tanpa merasa Kesepian,

Aku yang terdidik untuk menjadi Manusia yang bebas dan Mandiri,mampu mengerjakan semuanya sendiri, tetapi semasa kecilku terpaksa bersosialisasi dan berkomunikasi.

Tidaklah terlalu merasa terpukul ketika ditinggalkan Ayahku dan „Sahabatku“ di umur 13 Tahun, karena aku masih memiliki 6 saudara lainnya selain ibuku yg. Memberikan contoh kepada kami semua sebagai Wanita yang lembut tetapi tegar dan cerdik menghadapi segala masalah dengan 7 anak tanpa suami dan Tunjangan Sosial untuk membesarkan kami semua.

Sedangkan anakku, yg.kurang terbiasa utk. Berkomunikasi dan membicarakan masalahnya secara terbuka dan jujur selain kepada ibunya sangatlah banyak mengalami kesulitan yg.besar.

Kesulitan yg. Besar terhadap sekelilingnya di sekolah, terutama anak2 pendatang2 baru dari negara Timur yang taraf pendidikan dan pengetahuannya terbatas, terutama tidak menyukai kalau seorang anak campuran Asia lebih hebat dari mereka ….yang merasa bangsa Eropa ...dan sudah tentu merasa lebih Jerman dari orang Jerman sendiri (ha...ha..ha).

Terkadang terbentas dialam pikirku, mungkin kebanyakan Neo Nazi itu malah dari keturunan Mereka dan bukan orang Jerman aslinya, karena harapan mereka datang ke Jerman untuk mendapatkan Posisi yang baik ...sangat di kecewakan karena Posisi itu sudah di penuhi banyak oleh Orang Asing dan Asia, yang memang berpendidikan dan berprestasi lebih tinggi dari mereka.

Hal ini sangat terasa dari anak2 mereka, yang senang me MOBBING / BULLYING anakku, terlebih setelah aku sering mengantarkan anakku kesekolah sepeninggalan ibunya.

Karena itu di bulan-bulan pertama setelah Mamushka meninggalkan kami, terasa dunia ini gelap, karena aku harus menyibukan diri 24X7, setiap menitnya untuk menyelamatkan anakku yang mulai memasuki masa Puberitasnya.

Aku berharap hal ini tidak akan di alami orang lain. Dimana aku harus menjadi Kacung, yang mengongkosi Majikannya dan bertanggung jawab atas segala kesalahan Majikan kecilnya itu.

Aku sangat bersyukur adanya Frau Boehmer (klassenlehrerin / Wali Kelas) dan Frau Herkelmann (schulpsychologie / penasehat psikologi sekolah), yang secara intensif membantu dan berkonsultasi denganku dan DEA.

Wah aku sudah ngantuk...aku teruskan besok....bis Morgen ...Servus

Blog ini sebenarnya dibuat oleh Almarhumah istri saya  utk. Mengenang kehidupan nya selama 6 Tahun di Indonesia, setelah kami terpaksa meninggalkan Bali dan semua yang telah kami berdua bangun dengan Berhasil, di sebabkan Bom Bali.

Tetapi karena kesibukannya setelah kami kembali ke München sekitar 14 Tahun yg. Lalu, akhirnya tidak di teruskan lagi.
Karena itu akan saya teruskan mengisinya sebagai Buku harian dan mengingat kenangan saya, sekembalinya kita berdua (Saya dan Anak) saya ke Indonesia.

Sebagai kesan, pendapat ataupun Kritik membangun yang sedikit pedas dari seorang anak bangsa yang sudah hidup sekitar 40 tahun di Luar Indonesia,,,dan hidup di beberapa negara dalam pekerjaan saya dibidang IT.


Terima-Kasih sudah meluangkan Waktu untuk membaca Blog ini, dan saya sangat senang atas tanggapan ataupun pertanyaan dalam bertukar pendapat dan pengalaman kita bersama.

Tepatnya tanggal 8 Agustus 2014 Mamisa, istriku mendadak meninggalkan kita semua, tanpa peringatan sama sekali!...Tanpa sakit apapun dan dalam keadaan segar bugar.
Istri Saya ternyata menderita Aurism dari garis keturunan ibunya, yang tak seorangpun dari kami mengetahui Penyakit itu.

Sore itu tgl. 6 Agustus 2014, seusai pulang kantor ...istriku ingin berolah raga bersama Anak Kami, Berlari memutari Taman Air dan perbukitan didaerah Allach,Munich

Menurut Anak Kami, Almarhumah sempat berbicara dengannya dan ingin mengganti Pakaian...untuk bersiap-siap lari bersama...tetapi 3 Menit kemudian terdengar suara keras dari Kamar tidur!

Anak Kami langsung lari kekamar Tidur kami dan menemukan ibunya sudah mengeletak Tidak sadarkan diri, dengan Cepat Anak saya memanggil Ambulance 112 dan seperti biasa Ambulance pun datang dibawah sepuluh menit ….merekapun dapat kembali menghidupkan istri saya yang sudah dalam keadaan koma dan langsung membawa kerumah sakit.

Setelah Dua Hari dalam keadaan yang mengenaskan, karena hidup istri saya hanya bergantung pada semua peralatan di Ruang ICCU tersebut.

Dari Kelima Parameter di Bedside Monitor terlihat Vital Sign dari istri saya selama 24 jam tidak membaik bahkan melemah, Parameter ECG harus dibantu Pompa Picu agar Detakan jantung stabil; begitu juga dengan Parameter Respirasi yg. Sedikit terganggu, menyebabkan Parameter SpO2 dan NIBP juga memburuk.

Setelah berunding dengan Para Dokter Ahli dan Anak saya yang saat itu berusia 13 Tahun, maka di ambil keputusan untuk menghentikan semua mesin Pembantu dan merelakan kepergiannya.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un


(Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (Al-Baqarah 2:156)


Selamat Pagi Teman2 dan para pembaca semua!
Kesedihan masih terasa diantara kita semua karena "Bom Sarinah", dan turut berbela Sungkawa utk, Keluarga korban yang terkena.

Di bawah ini ada 2 Tulisan ataupun sajak yang saya Ambil dari Kelompok WhatsApp, yg. berkesan.


Tulisan untuk teroris : (mohon maaf saya tidak tahu siapa penulisnya)

maaf tak mengucap salam, karena aku tdk tahu 
apa agamamu dan apa yang kau percayai.

Kitab apa yag kau baca hingga kau merasa paling benar, kitab 
mana yang mengajarkan membunuh orang diluar peperangan..?

pemimpin mana yang kau ikuti hingga 
langkah yg kau ambil melampaui ajaran para nabi?

ibu mana yang melahirkanmu hingga mati rasa belas 
kasihmu ?

ayah mana yang membimbingmu sehingga rasa ketakutan yg kau cipta dalam aksimu ?

makanan apa yg mengalir ke tubuhmu sehingga kau merasa terpilih sebagai mesin pencabut nyawa.

pakaian apa yg. kau pakai hingga kau merasa gagah, tak tersentuh neraka

kalau kau pikir tindakanmu akan mencapai mimpimu, kupastikan jauh dari itu...tumpuan kebencian terarah pada kelompokmu...

bagaimana mimpimu membangun peradaban tanpa ada simpati dari manusia?

alih2 menegakan kebenaran...yang lahir justru 
antipati..ketakutan.. makin lama generasi ini makin jauh dari agama..takut dengan agama...saat itu tiba, kau ikut bertanggungjawab mengatheis kan dunia ini.

pasti kau bukan representasi islam, pasti juga bukan representasi nasrani, hindu, budha...agama yg kutahu mengajarkan cinta kasih sesama manusia, kelembutan, kesabaran, sembah pada Tuhan  seharusnya menghindarkan perbuatan keji dan munkar!!
Nennt mich einfach Miri. Mehr über mich kannst Du auf unserer Website erfahren, welche Mastri und ich zusammen gemacht haben und zwar mit viel Liebe und Zuneigung.

Es war eine harte Zeit für uns beide, aber die Erinnerung daran ist sehr schön.


Ich möchte Euch berichten, was in den letzten 10 Jahren meines Lebens passiert ist.
Besonders möchte ich euch erzählen über mein Lebenswandel, meine Romanze und meine Reise Erfahrungen in Indonesien.

Selbstverständlich freue ich mich sehr über alle Kommentare / Anregungen/Kritiken.

Also: Nach langen, langen Jahren habe ich meinen Freund wieder getroffen.....und ein reizendes Baby wurde im Jahr 2001 im Solo (Surakarta) geboren, Inzwischen ist er bereits vier Jahre jung (Foto).
ntitled Documen
Hallo Mein Blogger Besucher!,

ich begrüße Euch herzlich und bedanke mich für eure Zeit, meinen Blogger fleißig zu lesen! Es ist ein Lebensgeschichte und lange Reiseerfahrung.

Ich werde versuchen, Euch einen interessanten Erfahrungsbericht zu geben und hoffe, ihr lest ihn mit Genuss. Selbstverständlich freue ich mich über Eure Kommentare und Anmerkungen.
Eigentlich ging ich mich zwei Zielen nach Indonesien: Erstens natürlich insgeheim, um meinen ehemaligen „Computerlehrer“ mit viel Glück vielleicht doch wieder zu sehen und zweitens dienstlich, J um Stoff für meine Magister Arbeit zu sammeln.

Mein „Computerlehrer“, der mich immer von weit weg mit seinen tröstenden und motivierenden E-Mails über Jahre begleitet hatte, egal ob ich in Indien, Leiden, Kalifornien, Philippinen, Singapur oder in Tokio war.
Er ist mein bester Freund geworden und später wurde er auch mein liebster Ehemann, jemand der immer versucht zu verstehen und mir zu helfen und mich auch immer nun ließ, was ich gerne wollte.

Also ich schreibe über meine Gedanken und Gefühle, meinen Alltag um die plötzliche Trennung von meinem liebsten Mann besser zu verkraften.

Ich fange an, wie ich mich fühlte, als ich beschlossen habe, in Indonesien weiter zu leben. Alle erstes natürlich ob ich einen Kulturschock bekommen werde oder nicht.

In der Umgebung von Mastri Familie konnte das bestimmt nicht passieren, da seine Familie damals als „politische Flüchtlinge“ alle in Deutschland lebten.

Und die Indonesische Kultur ist meine dritte Kultur, die ich leben sollte aber bin ich denn tapfer genug und nicht so beeinflusst von meinen ersten beiden Kulturen, in denen aufgewachsen bin?
Die Landessprache „Bahasa Indonesia“, und damit auch die Denkweise der Urahnen seines Volks, beherrschte ich nach unserer dreijährigen E-Mail-Korrespondenz schon perfekt .

Werde ich glücklich existieren, ich meinte nicht existieren mit materiellen Dingen, sondern innerlich reich, da ich ja als drittes Kind eines Weinbauers aufgewachsen bin und immer unterwegs war, legte ich nicht so viel Wert auf materielle Dinge und kann mit ganz einfachen Dingen glücklich sein.

Einerseits erwarte ich, was heutzutage schon als Luxus oder Rarität bezeichnet werden kann Zeit für einander, um eine freundliche Umwelt und ein gute Kommunikation ermöglichen zu können.

Eines weiß ich sicher, dass ich mich neben ihn und in Umgebung seiner Familie wohlfühlen kann. Ich werde aber nicht zu Hause rumhocken und Kaffe trinken, nein, das kann ich wirklich nicht!

Ich muß hin und wieder überall schnuppern können, so wie in meiner Kindheiten, als ich mit meinen Geschwistern auf dem Pferd durch Wiese und Wald geritten bin oder während meines Lebens in verschiedenen Städten und Metropolen auf dieser Erde.

Und ich werde keine Langeweile haben, da ich als Ethnologin nie auslernen kann in einem 17.508 Inseln und mehr als 300 unterschiedlichen Sprachen. Nun muss ich kurz aufhören, mein vierjähriger kleiner Mann hat mich gerufen, aber ich verspreche Euch bald wieder weiter zu schreiben, sobald ich Zeit habe in meinem Alltag als alleinerziehende Mutter und Geschäftsfrau. Naja, eine echte Emanze eben, wie meine Schwiegermutter gerne sagt.